Jumat, 12 Desember 2014

Kisah Robin Van Persie

Robin van Persie lahir, tumbuh, dan besar di lingkungan keluarga seniman. Tak ada cerita dunia atlet sedikit pun di lingkungan keluarganya. Sang ayah Bob van Persie dikenal sebagai seniman patung dan istrinya Jose Ras seorang pelukis sekaligus perancang perhiasan. Mereka berdua terbiasa hidup terpisah. Bahkan setelah Robin van Persie lahir 6 Agustus 1983 silam di Rotterdam, Belanda, si jabang bayi tak selalu bersama kedua orangtuanya.

Bocah Robin van Persie hidup bersama sang ayahanda di Belanda. Selain Van Persie, ada lagi dua saudari perempuannya yang juga tinggal bersama sang ayah Bob van Persie. Kedua saudarinya itu diketahui bernama Lily dan Kiki. 



Darah Indonesia yang mengalir dalam diri Robin van Persie berasal dari garis ibu. Dari cerita yang bergulir dalam keluarga, disebut-sebut nenek ibunda Robin van Persie masih 'berbau' Indonesia berasal dari Surabaya. Jose Ras sang ibu dulu memilih tinggal di Belanda.

Hubungan Indonesia-Belanda memiliki kisah sejarah amat panjang. Tak terhitung lagi, berapa orang asal Indonesia yang hengkang dan tinggal di Negeri Kincir Angin itu. Begitu pula sebaliknya, banyak warga Belanda yang jatuh cinta hingga akhirnya hidup di Negeri Nusantara sampai meninggalnya dikubur di Bumi Pertiwi.

Main Bola Sejak Umur 5 Tahun

Insting pelatih Klub SBV Excelsior Aad Putters di Rotterdam tak salah. Saat pertama kali melihat Robin van Persie sinyalnya langsung nyambung. Dia melihat, ada yang berbeda dengan bocah yang waktu itu masih berumur sekitar 5,5 tahun itu. Mata sang pelatih tak berkedip menyaksikan kepintaran Van Persie.

"Biasanya anak-anak bergabung di usia 6 tahun. Tapi Robin datang di usia 5,5 tahun dan bertanya apakah sudah boleh bergabung. Jadi saya tes dia. Dan dari jarak 13 meter jauhnya, dia bisa mengendalikan bola mati di bawah kaki kanannya. Sesuatu yang menakjubkan untuk anak seusianya," ujar Aad melukiskan bagaimana dia amat terkesan dengan bocah kecil itu.


Ternyata tak hanya itu yang ditunjukkan bocah Van Persie. Kemampuan menendang bola pun ditunjukkannya dengan kaki kiri dan kanan.

"Dia bisa menendang dengan kaki kanan, sama baiknya dengan kaki kiri. Itu sesuatu yang luar biasa untuk anak seusianya," tambahnya lagi, masih dengan nada penuh kekaguman.

Menurut Aad, sejak kecil Van Persie memiliki dedikasi terhadap sepakbola yang sangat luar biasa. Walaupun cuaca buruk, dia tetap datang dan bermain bola di bawah hujan deras.

"Dalam salah satu kesempatan latihan, pernah dibatalkan karena cuaca buruk, tapi Robin menelepon dan bilang akan datang. Jadi saya berlatih dengannya selama satu jam di bawah hujan deras," tutur Aad mengingat masa lalunya.

Anak Sulit Diatur

"Dia anak yang sulit dikendalikan. Dia ikut saya sampai berumur 12 tahun. Setelah itu, dia aktif dengan dunianya sendiri," tutur sang ayah Bob van Persie mengingat masa lalunya.

Robin van Persie memang tumbuh menjadi anak yang selalu kukuh dengan kemauannya sendiri. Sebagian orang bahkan mengecapnya sebagai anak yang keras kepala, cenderung nakal, tak bisa diam, dan dianggap bodoh di kelas karena tak pernah mau memperhatikan gurunya saat mengajar di dalam kelas.

Salah seorang guru sejarah di sekolahnya dulu, Omar Verhoeven membenarkan cerita tersebut. Beberapa guru berusaha untuk membuat Van Persie agar tertarik ke pelajaran sekolah namun selalu menemui kegagalan.


"Dia bukan murid yang baik," ujar Verhoeven menyimpulkan kondisi Robin van Persie kala itu.

Karena keadaan seperti itulah, dirinya sering memanggil Robin van Persie secara pribadi untuk diajak berbicara dari hati ke hati. Tapi jawaban-jawaban yang meluncur dari mulut muridnya itu kerap membuatnya kecewa.

"Dengan dia, selalu ada masalah yang cukup menyulitkan. Yang ada di pikirannya hanya tiga hal, sepakbola, sepakbola, dan sepakbola. Ketika itu, saya tegaskan: Tidak! Ada pelajaran sejarah, matematika, dan lainnya," ujar Verhoeven.

Walau pernah dikatakan sebagai anak yang susah diatur, tapi Van Persie tak mau menggubris. Dia tetap cuek dengan prestasi akademiknya dan lebih fokus pada sepakbola. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain bola.


Robin van Persie mengakhiri kariernya di lapangan hijau bersama Feyenoord dengan catatan tinta emas. Namun dari sisi hubungan personal dengan pelatih dan manajemen agak kurang manis. Tak hanya para pemain yang merasakan kehilangan, tapi juga publik Rotterdam yang amat ngefans pada sang bintang muda itu.

Pemain muda berbakat yang dinobatkan sebagai pemain terbaik di ajang Best Talent KNVB di akhir musim 2001-2002 itu terlihat berseri-seri. Segala bebannya di Feyenoord seolah telah terlepas. Maklum, klub raksasa Arsenal asal Inggris positif menginginkannya bergabung.



Saat yang ditunggu-tunggu itupun tiba. Robin van Persie bergabung di Arsenal mulai musim 2004-2005 dengan nilai transfer 2,75 juta pound. Sang Manajer The Gunners Arsene Wenger langsung memberikan kaus tim bernomor punggung 10.

Pada pekan-pekan awal debutnya, RvP mengalami kesulitan beradaptasi di lapangan hijau ajang Liga Premier yang serba bermain cepat dan keras. Namun di musim selanjutnya, 2006-2007 taji Van Persie mulai muncul. Sedikitnya 11 gol telah disumbangkan RvP bagi Meriam London.

Di musim-musim selanjutnya, Robin van Persie terus menebar maut bagi lawan-lawannya. RvP telah bermain 278 kali bersama Arsenal dan 211 kali menjadi starter. Jika dirata-rata, Robin bermain 26 kali dalam semusim. Dari seluruh perjalanan bersama The Gunners, RvP pernah mengalami 67 kali menjadi pemain pengganti.

RvP Jadi Aset Mahal Arsenal

Robin van Persie benar-benar bagai barang yang mudah sekali pecah. Van Persie seperti gampang mengalami cedera. Namun sang manajer tahu persis, pemain bintangnya ini memerlukan 'perlakuan berbeda' dan harus dijaga sebagai aset amat berharga bagi The Gunners.

Setiap mengalami cedera, para pemain Arsenal lainnya dan juga Arsene Wenger ikut memberikan dukungan agar RvP segera bisa pulih.

Van Persie menyadari dirinya termasuk yang rentan cedera. Perhatian yang diberikan rekan-rekan setim dan sang manajer saat dirinya cedera, langsung dibalasnya dengan aksi menawan di lapangan. Kepercayaan klub dibayarnya tunai dengan gol.



Robin mempunyai catatan unik terkait cedera. Di musim 2004-2005 bulan Februari 2005, mantan striker Feyenoord ini mengalami cedera pada bagian pergelangan kaki. Akibatnya, RvP lebih cepat mengakhiri musim ini karena harus beristirahat.

Perjalanan laga RvP di musim 2005-2006 relatif lebih mulus tanpa cedera berarti. Robin van Persie mengalami tiga kali cedera pada musim ini. Dan kondisi cederanya itu kerap kambuh. Karenanya, tak terlalu banyak gol tercipta di musim ini. Dari 26 kali penampilannya, Robin hanya menyumbangkan 5 gol. Catatan ini jelas berada jauh di bawah mesin gol Arsenal Thierry Henry.



Musim kompetisi 2007-2008 sepertinya menjadi matahari cerah buat Robin van Persie. The Gunners pun menempati markas barunya The Emirates Stadium. Sayangnya, stadion baru tak diimbangi dengan prestasi. The Gunners benar-benar puasa gelar.

Bayang-bayang Dennis Bergkham tak lagi membayang-bayanginya. Penampilan Van Persie begitu ganas. Baru di paruh musim, Robin telah sukses menorehkan catatan emas dengan 13 gol. Namun lagi-lagi, cedera menerkamnya hingga RvP harus dirawat sampai akhir musim laga. Robin van Persie dinyatakan tim medis Arsenal mengalami cedera metatarsal.



Pada musim berikutnya, Van Persie juga tak penuh mengikuti kompetisi. Ketika bulan memasuki Oktober, Robin didera cedera lutut. Akibatnya, pemain terbaik Belanda 2001-2002 itu harus istirahat beberapa bulan. Dari 15 kali tampil sebelum cedera, RvP masih mampu menyumbangkan 8 gol untuk The Gunners.

Di musim kompetisi 2008-2009, Robin van Persie hanya bermain sekitar 75 persen. Sisanya, lagi-lagi sang striker harus masuk ruang perawatan karena cedera. Namun meski tak penuh mengikuti pertandingan, Robin berhasil 11 kali menjebol gawang lawan dan menjadi pembuat assist terbanyak pada musim ini. Peranan trio penyerang Robin van Persie, Samir Nasri, dan Cesc Fabregas sangat menonjol. Fans penggemar Arsenal pun berharap banyak pada trisula tajam ini.



Malang tak dapat ditolak. Di saat publik Emirates Stadium berharap banyak pada Robin van Persie, tapi justru sebaliknya yang didapat. Memasuki November 2009, RvP didera cedera di bagian pergelangan kaki. Pemain kelahiran Rotterdam 6 Agustus 1983 itu harus diistirahatkan selama 6 pekan. Bukannya menerima keadaan, Van Persie malah mencoba menjalani pengobatan eksperimental yang akhirnya justru mengharuskan dirinya absen selama 5 bulan.

Robin van Persie baru bisa main bola lagi April 2010. Meski hanya tampil 16 kali, namun bintang Arsenal itu mampu mencetak 9 gol.



Di skuat Timnas Belanda, tahun 2010 Robin van Persie berhasil mengantar Pasukan Oranye melaju ke final Piala Dunia. Sayang, penampilannya tak seciamik saat bermain di Liga Belanda dan Premier League. Setelah laga Piala Dunia, serentetan cedera kembali dialami Robin.

Di musim 2011, Van Persie mulai mencetak gol lagi. Pada musim ini, RvP tampil sebanyak 25 kali dan mencetak gol 18 buah dalam seluruh laga bersama Arsenal. Robin pun sempat mencetak gol ketika The Gunners bertarung melawan Barcelona.

Musim Emas Bersama Arsenal

Tak selamanya juga Robin van Persie menjalani musim-musim kompetisi bersama Arsenal dalam kondisi muram. Setelah Nasri dan Fabregas dijual, otomatis tanggung jawab langsung ada di pundak RvP.




Robin menjalani tanggung jawab dan harapan fans Arsenal dengan baik. Penampilannya yang menawan sepanjang musim ini membawanya pada gelar pemain terbaik Liga Premier 2011-2012. Sang bintang mengemas 37 gol dan 15 assist. Pantaslah ketika prestasinya ini diganjar dengan gelar the best player. Tak hanya itu, Robin van Persie pun menduduki urutan teratas sebagai pencetak gol terbanyak Liga Premier 2011-2012 pada akhir musim menyisihkan bintang Manchester United Wayne Rooney. Sayangnya, Arsenal tak mampu meraih gelar apa pun karena Manchester United yang akhirnya tampil sebagai jawara Liga Inggris.
                                    Robin van Persie berpanjang lebar menceritakan proses kepindahannya dari Arsenal ke Manchester United yang penuh liku sebelum akhirnya terwujud dengan transfer senilai £24 juta tahun lalu.

Sisanya adalah sejarah. Van Persie tampil prima di paruh pertama Liga Primer Inggris musim 2012/13 dan kemudian mempersembahkan gelar juara untuk United. Secara individual, Van Persie juga terbilang sukses dengan menggondol sepatu emas sebagai topskor dan masuk dalam tim terbaik liga musim ini.

Ternyata, tidak mudah untuk meraih semuanya. Sebelum tiba di Old Trafford, Van Persie harus menunggu persetujuan Arsenal untuk melepasnya.

"Memang sulit karena bukan hanya saya yang memutuskan ke mana saya ingin bermain," ujar pemain 29 tahun ini kepada MUTV.

"Nasib saya juga tergantung pada bekas klub saya dan bagaimana mereka menilainya. Tentu saja kita selalu harus terlibat dalam semacam permainan yang dimainkan para direksi."

"Rasanya seperti menaiki rollercoaster. Satu hari situasi tampak lancar dan di hari lain memburuk. Kita tidak pernah tahu apa yang harus diharapkan karena keadaan berubah begitu cepat. Biasanya tergantung pada si pemain dan dua tim, tetapi untuk kasus saya, ada dua tim lain yang juga terlibat."

"Satu tim adalah Manchester City dan satu lagi Juventus. Agak rumit, tapi saya selalu menginginkan kepindahan ini sejak awal. Saya dan Sir Alex Ferguson tahu proses transfer ini akan berliku, tapi saya rasa ini membuktikan kalau kita benar-benar menginginkan sesuatu, tidak ada yang mustahil. Saya bahagia akhirnya terwujud."

Van Persie kemudian menceritakan bagaimana dia mengetahui untuk kali pertama   mengetahui kepastian transfer.

"Saya berada di bis untuk bermain di timnas Belanda. Seharusnya tidak boleh ada ponsel yang diizinkan, tapi saya tetap membawanya untuk berjaga-jaga," sambungnya.

"Kemudian saya mendengar ada getaran, saya melihat ponsel, dan ada pesan dari agen saya bertuliskan, 'Kesepakatan tercapai dan nikmati pertandingan'. Saya luar biasa lega. Saya juga tidak didenda karena menggunakan ponsel! Agak aneh juga karena komentator mengumumkannya di televisi, padahal saya kira hanya saya yang mengetahuinya. Sejak saat itu segalanya berjalan begitu cepat."

"Hari berikutnya, saya datang untuk menjalani tes medis. Saya pergi melalui kereta dari Brussels ke London untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dan kemudian pergi ke Manchester. Satu setengah hari berikutnya sangat sibuk. Saya menjalani sesi latihan pertama dan dua hari kemudian bertanding melawan Everton."

"Ketika berusia 12 tahun dan pergi ke sekolah menengah, biasanya kita bangun pagi-pagi dan gugup untuk bertemu kawan-kawan baru di sekolah. Rasanya mirip sekali, meski saya sudah kenal beberapa di antaranya."

"Rasanya seperti itu. Saya datang, menyalami semua orang, kami bercanda dan tersenyum, jadi rasanya sudah positif sejak hari pertama."

 Alasan Van Persie Tolak Ganti Nomor Punggung




Striker Manchester United, Robin van Persie, menolak mengganti nomor punggung 20 menjadi sembilan pada musim depan. Alasannya sederhana. Pemain asal Belanda itu tak ingin menyulitkan fan dengan membeli jersey baru.
Ketika Robin van Persie datang dari Arsenal, nomor punggung sembilan di Manchester United telah dipakai Dimitar Berbatov yang kemudian hengkang ke Fulham pada akhir Agustus 2012. Ia kemudian memilih nomor 20 milik Fabio yang dipinjamkan ke Queens Park Rangers.
Manajer Sir Alex Ferguson memberi kesempatan kepada Van Persie untuk mengganti nomor punggung musim depan. Namun, ia memilih mempertahankan nomor punggungnya pada saat ini.
"Saya rasa saya akan memakai nomor 20. Saya memiliki opsi untuk memakai nomor sembilan, namun saya tak akan melakukannya. Saya akan bertahan dengan apa yang saya pikir tepat dan terasa nyaman," kata Robin van Persie kepada United Review.
"Saya juga tak ingin menyulitkan fan yang telah membeli jersey bernomor 20. Saya tak ingin mereka membeli kostum baru. Ini nomor yang bagus bagi saya," ujar Van Persie.